Ketika Rantis Melindas: Membaca Kekerasan Negara di Jalanan Demokrasi

Oleh: Dedi Sumardi

Sumber: tvonenews

Disclaimer: Tulisan ini dibuat sebagai ruang refleksi dan diskusi bersama. Bukan untuk menyalahkan individu atau institusi tertentu, melainkan untuk mengajak kita berpikir kritis tentang bagaimana kekuasaan dijalankan, bagaimana aparat berperan di tengah masyarakat, dan bagaimana demokrasi seharusnya menjaga martabat warganya.

Malam 28 Agustus 2025 mencatat sebuah peristiwa yang seharusnya tidak pernah terjadi di negara demokrasi. Sebuah kendaraan taktis Brimob "Rantis Barracuda" melaju kencang, menabrak, dan melindas seorang pengemudi ojek online bernama Affan Kurniawan di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat. Video yang beredar menunjukkan jelas: rantis tidak berhenti, tidak berusaha menghindar, bahkan seolah menganggap tubuh manusia hanya halangan kecil di jalan.

Retorika Maaf vs Struktur Kekerasan

Pertanyaannya: Apakah tragedi semacam ini hanya soal “kesalahan teknis”? Ataukah ini cermin dari struktur kekuasaan yang secara sistematis membiarkan aparat bertindak represif?

Permintaan maaf baik dari Kapolri maupun pihak istana adalah langkah minimal. Tetapi jika permintaan maaf tidak diikuti reformasi struktural, ia hanya kosmetik politik. Luka keluarga korban tidak akan sembuh hanya dengan kalimat “kami menyesal”, sama seperti luka demokrasi tidak akan sembuh hanya dengan janji “akan dievaluasi”.

Tragedi ini bukan pertama. Kita pernah melihat pola yang sama: penanganan aksi dengan peluru tajam, gas air mata di stadion, hingga kekerasan aparat yang berulang kali dibiarkan tanpa efek jera. Setiap kali, negara selalu menutup dengan narasi “kejadian tidak diharapkan”, tanpa benar-benar membongkar budaya impunitas di tubuh aparat.

Kekerasan Negara: Dari Pelindung Menjadi Ancaman

Secara teori Pancasila, negara berdiri untuk melindungi segenap bangsa Indonesia. Namun ketika aparat melindas warganya, fungsi pelindungan itu runtuh seketika. Negara berubah dari pelindung menjadi ancaman.

Inilah wajah gelap negara modern: kekuatan yang dibangun untuk melindungi, justru bisa menjadi mesin represi ketika dibiarkan tanpa kontrol. Kekuatan negara tanpa akuntabilitas tidak lagi menjadi hukum, tapi hanya refleks kekuasaan.

Logika Demokrasi yang Lumpuh

Demokrasi memberi ruang bagi rakyat untuk berkumpul, menyuarakan aspirasi, bahkan mengkritik pemerintah. Ketika ruang itu dijawab dengan kendaraan taktis yang melindas manusia, pesan yang muncul jelas: kritik akan ditangkal dengan kekuatan, bukan dengan dialog.

Padahal, dalam perspektif pendidikan kewarganegaraan, negara justru wajib menjamin hak warga: hak hidup, hak atas rasa aman, hak berekspresi. Semua hak itu hilang ketika aparat menormalisasi kekerasan sebagai “cara pengendalian massa”.

Jika kita membiarkan tragedi semacam ini berlalu begitu saja, kita sedang menerima bahwa demokrasi hanyalah slogan, bukan praktik.

Tragedi Affan: Simbol Luka Demokrasi

Affan Kurniawan bukan sekadar korban sebuah kecelakaan aparat. Ia adalah simbol dari warga biasa "ojek online", pekerja harian yang seharusnya dilindungi, bukan dikorbankan. Ia menjadi saksi bisu bagaimana negara gagal membedakan antara rakyatnya sendiri dan musuh yang harus ditundukkan.

Kita berhak bertanya:

Apakah negara ini ingin menumbuhkan rasa aman bagi warganya, atau rasa takut? Apakah aparat dilatih untuk melindungi warga, atau untuk melindas mereka yang bersuara?

Tragedi rantis di Pejompongan harus menjadi titik balik. Demokrasi tidak akan sehat jika aparat terus diberi ruang untuk bertindak tanpa akuntabilitas. Negara besar bukan yang punya kendaraan taktis paling kuat, melainkan yang punya keberanian untuk melindungi hak warganya, meski di tengah kritik paling keras sekalipun.

Menolak normalisasi represi berarti menegaskan kembali hakikat kewarganegaraan: rakyat bukan ancaman, rakyat adalah pemilik sah negara.

Referensi:

  • TvOne News - Kronologi Driver Ojol Dilindas Mobil Rantis Brimob (29/8/2025) 
  • Tempo - Video Viral, Mobil Barracuda Brimob Tabrak Demonstran Ojol (29/8/2025) 
  • Detiknews - Kapolda Metro Temui Keluarga Ojol yang Tewas Dilindas Rantis (29/8/2025) 
  • Satusuaraexpress - Diduga Panik, Mobil Rantis Brimob Lindas Driver Ojol (29/8/2025) 
  • Liputan6 - Ojol Tewas Dilindas Rantis Brimob, Grab Sampaikan Duka Cita (29/8/2025)




Komentar

Postingan Populer